Wednesday, April 14, 2010

Teman, sahabat, dan keluarga










"Miscommunication" Persahabatan


Sesuatu yang didasarkan pada niat yang tulus biasanya akan menghasilkan sesuatu yang baik.
Namun kenapa terkadang manusia itu selalu tidak puas dengan
apa yang ia dapat?.
Semula aku berpikir sahabat adalah kado terindah dalam hidupku.
Semua itu salah!!!...
Persepsi awal yang aku bangun bersama "sahabat-sahabatku"
runyam semua.
Tak ada lagi canda tawa menghiasi hari-hariku.
Mungkin ini teguran besar dari Yang Maha Kuasa.
Aku sadar, bahwa manusia memang tak luput dari kesalahan.
Namun, manusia juga tak jauh dari memikirkan ego diri masing-masing.
Persahabatan yang dari awal dibangun dengan sangat indah,
kini tak ada lagi.
Satu per satu pergi membuat kelompok masing-masing.
Pada dasarnya hal itu terjadi karena adanya MISCOMMUNICATION
antara orang yang satu dengan yang lainnya.
Berharap dan hanya berharap semua itu kembali seperti dulu lagi.
Bersahabat...


Serabi Cinta (Cerpen Kedua setelah "DIRINYA")

“Serabi Cinta”

Suasana keraton Yogyakarta sore ini mendung namun penuh dengan kedamaian. Suasana seperti ini yang amat aku senangi, seolah menghilangkan penat dan kelelahanku seharian ini. Yogyakarta adalah kota yang bisa dibilang kota panas, namun tidak seperti kota Jakarta yang selalu panas dan sudah sangat banyak polusi yang mencemari lingkungannya. Keraton Yogyakarta adalah tempat tinggalku sejak kecil, karena Ayahku adalah seorang keturunan Raja dari Kerajaan Keraton Yogyakarta. Hari ini adalah hari pertamaku masuk di Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta. Sungguh melelahkan… Aku mendapatkan Jurusan PSikolog, inilah yang aku tunggu-tunggu sejak aku duduk di bangku SMA. Menjadi seorang Psikolog adalah impianku sejak dulu, dan kini I Get it. Tersenyum dan hanya bisa tersenyum saat aku meneguk secangkir teh hangat buatan Ibuku. Tak lupa juga beberapa serabi yang telah siap dimakan olehku. Hmm yummy… Tak kalah sainglah serabi dan teh hangat buatan Ibuku tercinta dengan Restoran mahal dekat Keraton.

Serabi dan teh hangat buatan Ibuku serasa menghipnotisku sekejap, sampai aku lupa memperkenalkan diriku sendiri. Rina namaku, seorang perempuan yang bisa dibilang pendiam diantara teman-temanku yang lain. Namun disisi lain, aku termasuk anak yang peduli terhadap sesama manusia dan lingkungan sekitarnya. Dari kecil aku adalah anak yang selalu dimanja oleh keluargaku, karena aku adalah anak semata wayang. Menyenangkan tapi sedikit membosankan… “there was no time for things that are fun”…. Setiap hari hanya pergi dan diantar oleh supir Ayahku yaitu Pak Jarwo. Tak ada sedikitpun waktu untuk pergi dan bermain bersama teman-temanku.

****

Pukul 7.30, aku bergegas untuk berangkat ke kampus. Seperti biasa Pak Jarwo sudah menungguku di teras Keraton dengan mobil sedan kesayangan ayahku. “Pagi non”, suara Pak Jarwo menyapaku. “Pagi pak”, mari kita berangkat. Segera Pak Jarwo masuk ke mobil dan mulai menyetir. Selama perjalanan menuju ke kampus, aku hanya mendengarkan lagu - lagu kesayangan Ayahku yang disetel sedari tadi oleh Pak Jarwo. Mendengarkan lagu ini, enaknya sambil makan serabi yang telah dibuatkan dan dibawakan oleh Ibuku untuk sarapan pagi ini. Hmmm yummy…

Setibanya di kampus, aku langsung menghampiri teman-temanku yang lain. Lina dan Vira yang sudah terlebih dahulu sampai di kampus. “Hai Rin!!!!!!!”, suara kedua sahabatku memanggilku dari kejauhan. Lina adalah sahabat baikku dari SMA, ia adalah anak yang terbilang baik dan suka menolong, Lina merupakan anak bangsawan kerabat karib Ayahku, sedangkan Vira, ia sahabatku semenjak aku masuk ke Prguruan Tinggi ini. Ia adalah anak yang cerdas dan pandai bergaul, namun Vira hanyalah anak dari seorang Guru, berbeda dengan Lina. Tetapi aku dan Lina tidak pernah membeda-bedakan Vira dengan kehidupan kami.

Bosan berada di halaman kampus, kamipun bergegas masuk ke dalam kelas. Ternyata di kelas sudah ada Rio yang telah menungguku. Oh ya, Rio adalah sahabat serta pacarku dari waktu kami di SMA, hingga sekarang masuk di Perguruan yang sama kembali. Rio adalah seorang cowok yang mampu membuatku menjadi seseorang yang berbeda dibandingkan aku yang dulu di SMA. Kini aku sudah menjadi seorang wanita yang berani dan penuh dengan kemandirian walaupun Ibuku masih memanjakanku. Namun di sisi lain, Rio mampu untuk mengubahku menjadi lebih baik. Berbeda denganku yang masuk ke Perguaruan Tinggi Negeri ini dengan jalur TEST, Rio mengikuti jalur BEASISWA untuk mendapatkan semua ini. Ia memang anak yang sangat cerdas dari dulu hingga saat ini. Wonderful and very awesome….

“Hai Rin, baru datang??”, sapa Rio saat aku baru masuk kedalam kelas. “Hai, kamu sudah datang lebih awal yo??”, balasku. Perbincangan kami tak terasa hingga Dosen yang terkenal kiler itu pun datang. Pak Sudibyo, Dosen Mata Kuliah Pengembangan Diri di kampusku. Ia memang terkenal kiler, namun di samping itu, ia banyak mengajarkan tentang tujuan dan fungsi hidup kita. Memang terkadang tidak nyambung dengan pelajaran yang diajarkannya. “Baiklah anak-anak, keluarkan kertas selembar dan kita akan adakan kuis untuk hari ini!!!”. Suara yang kencang dan penuh dengan ketegasan membuatku serta seisi ruangan kaget. “What??”, seorang anak terkaget mendengar ucapan Pak Sudibyo. Memang awalnya Pak Sudibyo tidak memberitahukan tentang akan diadakannya kuis hari ini, tapi ia pernah berpesan agar kita selalu siap jika ada kuis mendadak. Seluruh anak di ruangan ini telah siap dengan satu lembar kertas jawaban serta satu lembar soal dari Pak Sudibyo. Selama kuis berlangsung, selama itu pula Pak Sudibyo berkeliling di dalam kelas, mengitari anak-anak yang bisa dibilang sering curang dalam kuisnya.

Setelah kuis selesai, aku dan kedua temanku meninggalkan kelas dan menuju kantin, tak ketinggalan juga Rio tentunya. Tapi, sebelum meninggalkan kelas, seperti biasa aku selalu menghampiri Pak Sudibyo terlebih dulu untuk mereview kuis yang diberikan tadi. Yap, akhirnya aku menyelesaikan semua soal itu dengan baik…. Leganya…

Di kantin kampus, tempat biasa para mahasiswa berkumpul dan istirahat sejenak untuk memulai kembali Mata Kuliah nya nanti, aku menghampiri Lina dan Vira yang sudah lebih dulu tiba di kantin. “Sorry, aku telat!!”, aku dan Rio langsung duduk bersama mereka. Dan beberapa menit kemudian, makanan yang aku pesan pun datang. Tanpa pikir panjang dan banyak kata, akupun segera menghabiskan makanan yang sudah datang itu. Hmm yummy.. Serasa perutku kenyang setelah melahap sudah makanan kesukaanku itu. Bakso, itulah makanan kesukaanku dari aku SMP.

Setelah aku, Rio dan kedua temanku selesai menghabiskan makanan masing-masing, kamipun langsung menuju halaman kampus. Tetapi tiba-tiba Lina dan Vira mendadak ingin pulang duluan, karena ada suatu hal penting. Lina, diminta ibunya untuk menemani belanja bulanan, sedangkan Vira, ingin menjenguk kakeknya yang sudah seminggu belakangan ini dirawat di Rumah Sakit. Dan akupun bersama Rio juga segera meninggalkan kampus menuju Mall dekat Malioboro. “Pak, antar kami ke Mall dekat Malioboro ya!!!, tapi ingat jangan bilang mama dan papa ya!!”, bujuk aku kepada Pak Jarwo. “Iya non…”. Akhirnya mobilpun melaju menuju Mall yang akan aku dan Rio tuju. Sepanjang perjalanan, aku dan Rio asik mengobrol, sedangkan Pak Jarwo asik mendengarkan lagu keroncong kesukaannya.

***

Akupun dan Rio tiba di Mall dekat Malioboro, Matahari, itulah nama Mall-nya. Kamipun langsung bergegas keluar dari mobil dan meninggalkan Pak Jarwo. “Pak, tunggu di Basement aja ya!! Atau Pak Jarwo ingin berkeliling sekitar Malioboro??, tanyaku pada Pak Jarwo. “Saya di basement aja non, nanti kalau non sudah mau pulang, beritahu saya ya non!!”, jawab Pak Jarwo. “Baiklah…”, sambungku.

Kamipun masuk kedalam Mall Matahari itu, dan berkeliling melihat-melihat sekitar dan isi dari Mall itu. Hmmmm baru kali ini aku pergi jalan bersama seseorang yang aku sayangi, pacar pula.. oh Tuhan, mimpi apa aku semalam. Semoga hari ini tak cepat berlalu. Gumam batinku. “Rin, kamu koq bengong???, Tanya Rio. “hmmm gak apa-apa koq yo, aku hanya bingung saja, baru kali ini aku dapat pergi berdua denganmu, padahal kita sudah hampir satu tahun menjalani hubungan ini”, jawabku. Outlet demi outlet sudah kami lewati, namun tak ada satupun yang dapat menarik minat kami untuk membelinya. Tak terasa waktu yang kami habiskan untuk berkeliling sudah 1 jam lewat.. Oh God.. Aku dan Rio memutuskan untuk mengunjungi toko musik di sebelah toko butik batik. Namun, selagi kami berjalan menuju toko musik, dari belakang ada seseorang yang memanggilku dengan lumayan keras. Dan itu seperti suara orang dewasa. “Rina!!!!!!!!!!!!, tunggu…”, panggil orang itu. Dan tak lama akupun berbalik badan, yang ku dapat adalah seorang pria dewasa yang amat sangat aku kenal. Dia ternyata Pakde ku. Oh my God!!!!. Tersentak aku seketika. “Kamu knp ada disini Rin??, Tanya Pakdeku. “Iya Pakde, aku hanya mencari kaset bersama temanku”, jawabku. Pertanyaan demi pertanyaan sudah dilontarkan oleh Pakdeku, dan iapun akhirnya tahu kalau ternyata Rio adalah pacarku. Ia kaget dan tak mengucap apa-apa, lalu segera meninggalkan aku dan Rio.

Kamipun selesai membeli beberapa kaset dan segera ingin pulang karena hari sudah terlalu sore.”Hallo Pak, aku sudah selesai!!, jemput aku segera ya!!”, pintaku kepada Pak Jarwo. “Rin makasih ya!, hari ini kamu udah nemenin aku jalan-jalan seharian”, tutur Rio. “Aku juga berterimakasih yo, kamu udah bikin aku senang hari ini!!”, balasku. Kamipun menuruni escalator untuk menuju lantai dasar.

Setibanya di depan Mall, ternyata Pak Jarwo sudah menunggu. “Kamu yakin gak mau pulang bareng aku yo??, tanyaku. “Iya nanti aku naik angkutan saja, kamu hati-hati ya Rin!!!”, jawabnya. Kutinggalkan Rio dan mobil langsung melaju menuju Keraton, tempat dimana semua orang memanjakanku, dan mengekangku bak Putri Raja. Bosannnnnnnn….!!! Aku yang hanya diam memikirkan apakah Pakde akan memberitahu Ibu dan Ayah tentang tadi yang ia lihat di Mall sementara Pak Jarwo dengan asiknya mendengarkan lagu keroncong kebanggaannya, tak ada pertanyaan sedikitpun.

***

Pukul 17.00 aku tiba di rumah, seperti yang sudah aku duga sebelumnya. Ibu dan Ayah marah besar setibanya aku di rumah. “Dari mana kamu Rin??”, Tanya Ibu. “Ibu sudah tahu apa yang terjadi padamu hari ini, kenapa kamu melakukan ini pada Ibu nak??”, singkat Ibu. “Maaf bu, tadi Rina hanya mencari beberapa kaset saja bersama teman”, jawabku. Ternyata Ibu sudah mengetahui semuanya dan saat ini Ibu hanya marah padaku. Tak ada kata manis seperti biasanya yang dilontarkan Ibu padaku. Begitu juga dengan Ayah, ia marah dan amat kesal mendengar aku berpacaran dengan anak seorang buruh tani. Orangtuaku memang sudah menjoohkan aku dengan anak kerabat dekat Ayah, tapi aku tak pernah mau dan tak pernah setuju dengan keputusan itu. Aku sudah besar, aku bukan anak kecil yang selalu diatur dan diarakan kemana aku harus berjalan. Orangtuaku mendiami aku agar aku berpikir matang-matang tentang masalah ini. Dan aku harus memilih salah satu dari mereka. Namun, orangtuaku tak akan menganggap aku anak lagi, jika aku tetap bersama Rio, sedangkan aku tak pernah mau untuk dijodohkan dengan anak kerabat dekat Ayah. Hanya air mata yang menetas di pipiku saat ini, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Melihat keadaanku seperti ini, Ibuku menghampiriku dan berkata “Nak, Ibu sangat sayang padamu, Ibu hanya ingin melihat putri semata wayang Ibu sukses dan menjadi wanita yang sempurna”. Ibuku adalah sosok wanita yang selalu aku impikan, wanita yang tegar dan penuh dengan kasih sayang. Aku selalu sayang dan menuruti keinginan “positif” Ibuku. Karena apa yang ia katakan selama ini, memang merupakan kebahagianku kelak nanti.

Malampun tiba dan aku hanya bisa merenungkan masalah ini. “Tuhan tolonglah aku, tolong aku agar bisa menyelesaikan masalah ini tanpa ada yang terluka”, tuturku saat melihat bintang di jendela kamar. Tak lama kemudian akupun tertidur di ranjangku dengan lelap.

***

Pagi ini seperti biasa, bangu tidur aku sudah disajikan segelas susu, dan roti buatan Ibuku. Tak lupa sepiring serabi hangat kesukaanku. Namun entah mengapa, aku hanya ingin makan serabi itu dibandingkan yang lainnya. inikah jawaban dari Tuhan???... Pikirku dalam hati. Ya aku sudah mendapatkan pilihan jawaban dari renunganku semalaman. Aku sudah tahu apa yang harus aku lakukan saat ini.

Hatiku sudah bertekad bulat untuk menerima keputusan orangtuaku dan untuk menerima lamaran serta menikah dengan pilihan mereka. Aku yakin, pilihan orang tuaku adalah pilihan yang sangat baik untukku kelak. Walau aku memang sayang sama Rio, namun aku akan tetap ingat selalu dan tak akan bisa melupakan Rio. Akhirnya aku memutuskan untuk menelepon Rio dan mengatakan hal yang sesungguhnya sedang terjadi padaku. Orang tuaku pun senang dan bangga padaku, menurut mereka aku adalah seorang anak yang selalu menurut dari kecil hingga saat ini.

Saat aku menelepon Rio dan mengatakan hal ini padanya, ia langsung kaget dan banyak sekali pertanyaan yang ia tanyakan padaku. Namun, akhirnya Rio menerima keputusan itu dengan sangat baik dan tidak sama sekali benci atau marah padaku. Akupun merasa lega urusan ini dapat terselesaikan dengan baik-baik. Saking sayangnya Rio padaku, ia merasa senang jika ku juga merasa senang dengan keputusan ini.

Sebulan kemudian, waktu yang di nanti oleh seluruh keluargaku pun tiba, pertunanganku dengan anak kerabat dekat Ayahku dilaksanakan. Perasaanku bercampur aduk, sedih, senang, bahkan sempat merasa kesal. Tapi, ini semua sudah menjadi keputusanku, dan aku harus menerimanya dengan ikhlas. Melihat Ibuku yang sangat senang dengan acara ini, akupun terharu melihatnya. Dan aku berpikir, tak ada sesuatu yang dapat aku berikan lagi selain menuruti keinginan Ibuku untuk menikah dengan pilihannya, karena aku sangat sayang padanya.

Setelah aku lulus dari tingkat Universitas, aku dan pilihan orang tuaku itu melangsungkan pernikahan. Dan tak lupa juga aku mengundang Rio serta teman-temanku yang lain untuk hadir. Begitu bahagianya mereka melihatku bersanding di pelaminan. Dan Rio selalu memberiku semangat dan ucapan bahagia. “Aku sangat menyayangi mereka, mereka adalah orang-orang yang mampu mebuat hidupku berguna dan mampu membuatku berubah untuk lebih peduli serta berbagi kepada sesama manusia serat lingkungannya”.

Ibu adalah orang yang paling berharga dalam hidup kita, dikala sedih, senang, dan susah, ia selalu ada untuk kita.

Tamat